Kedai Daur Ulang

Ingin memulai membuat usaha dengan modal minim sekaligus mengatasi masalah lingkungan? Coba saja memanfaatkan kertas-kertas bekas di sekitar kita. Profil usaha berikut dapat menjadi inspirasi sekaligus tempat yang bisa Anda rujuk untuk mulai belajar mengolah barang bekas menjadi bernilai.

Selain mendatangkan keuntungan ekonomis, pada prinsipnya  kerajinan daur ulang  dijalankan untuk mengajak orang menggunakan produk daur ulang dan mengajak sebanyak mungkin orang untuk mengolah sampah menjadi barang yang berdaya guna. Pengerjaannya bisa dikerjakan sendiri, mudah diajarkan kepada orang lain, dan bahan tidak terlalu sulit didapat. Dengan demikian akan tercapai tujuan awal daur ulang yaitu mengatasi masalah lingkungan, khususnya sampah.

Ketiga hal itulah yang menjadi visi A. Salam dalam mengembangkan usaha daur ulang kertas yang dinamakannya Kedai Daur Ulang. Tempat usahanya yang berada di Mampang, Jakarta Selatan ini setiap harinya tak hanya didatangi pembeli dan pemesan souvenir, tapi juga orang-orang yang ingin belajar membuat kertas daur ulang. Setiap hari, A. Salam dibantu 3 karyawannya juga sering memenuhi undangan dari berbagai sekolah dan lembaga untuk memberikan pelatihan mem buat kerajinan daur ulang.

A. Salam mengawali usahanya pada tahun 1996 dengan modal awal Rp 300.000. Ide awal untuk membuat Kedai Daur Ulang ini muncul saat ia masih aktif di program perkotaan, khususnya pencemaran udara dan air di Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) sejak 1984. Kedai Daur Ulang didirikan bukan semata-mata untuk kepentingan bisnis, tapi sebagai wujud kepedulian dan tindak nyatanya dalam mengurangi sampah serta sarana kampanye agar lebih banyak lagi orang yang bertanggungjawab mengolah sampahnya sendiri.

Proses mengubah kertas bekas menjadi kertas baru yang mengandung nilai seni ini awalnya bukan sesuatu yang mudah bagi Salam. Selama setahun ia melakukan berbagai uji coba untuk menghasilkan kertas daur ulang berkualitas. Tadinya tak ada orang di sekitarnya yang percaya bahwa setumpuk kertas bekas bisa diubah menjadi uang. Jauh sebelumnya Salam banyak belajar proses daur ulang dari teman-temannya di India, Belanda, dan berbagai negara lain yang ia kenal saat menjadi anggota International Waste Management.

Untuk pengadaan kertas bekas setiap hari A. Salam bekerjasama dengan sebuah perusahaan minyak di Setiabudi, Jakarta. Kertas bekas kegiatan kantor diberikan pada Kedai Daur Ulang untuk kemudian nantinya dibarter dengan beberapa perlengkapan baru dari kertas daur ulang seperti buku memo dan notes. Selain itu sudah muncul kepedulian masyarakat sekitar untuk memberikan maupun menjual kertas bekasnya untuk didaur ulang di tempat usaha yang merupakan rumah keluarga yang ia modifikasi.

Pemasaran produk daur ulang ini dilakukan dengan bekerjasama dengan beberapa mitra kerja yang mengambil produk daur ulang ini setiap bulan untuk dijual di outlet-outlet di Jakarta. A. Salam mengatakan bahwa pada umumnya yang membeli produk-produknya adalah orang yang memang peduli masalah lingkungan. Dengan omset rata-rata 3 juta sebulan, ia ingin terus berproduksi dan melakukan berbagai diklat supaya lebih banyak lagi orang yang menggunakan produk daur ulang dan melakukan usaha serupa dengannya. Karena usaha ini sangat erat kaitannya dengan seni, maka minimal dua kali  setahun ia harus membuat desain produk-produk baru untuk menarik minat pembeli.

Ke depannya Salam ingin agar kertas daur ulang Indonesia bisa diekspor ke negara lain. Menurut Salam, produk daur ulang yang dijual di Jakarta banyak yang berasal dari negara lain seperti Malaysia, Filipina, Jepang. Seharusnya produk Indonesia pun bisa sampai ke negara lain karena kualitasnya memang tak jauh beda dengan produk Indonesia.

Artikel ini pertama kali dibuat Lucia Priandarini untuk Buku Panduan Lengkap Memulai dan Mengelola Usaha di Rumah, TransMedia Pustaka, 2008

1 thoughts on “Kedai Daur Ulang

Tinggalkan komentar